Surat Ernesto Guevara untuk kamu muda
Kalau
aku boleh memilih untuk berjuang, mungkin saat ini aku ingin tinggal bersama
kalian. Melewati jalanan yang padat lalu lintas, dengan iring-iringan spanduk
yang panjang, kalian ketuk nurani para penguasa. Kaum yang berbaju megah,
berkendaraan bagus dan punya mobil mengkilap. Kalian pertaruhkan segalanya,
kesempatan untuk hidup senang, kemapanan pekerjaan, dan sekolah yang kini kian
mahal. Buang segala teori sosial yang ternyata tak bisa membaca kenyataan.
Keluar kalian dari training-training yang pada akhirnya tidak membuat kita
paham dan mau membela orang miskin. Kupilih tinggal serta berjuang di hutan
karena di sana aku kembali mendengar rintih dan suara orang yang hidupnya
menderita. Andaikan aku
masih diberi kesempatan untuk kembali ke negerimu pastilah aku enggan untuk
duduk di kursi. Akan aku habiskan waktuku untuk mengelilingi kotamu yang padat
dengan orang miskin. Akan kusapa setiap anak lapar yang menjinjing bekas botol
minuman untuk mendapat uang receh. Akan aku datangi para nelayan yang kini
lautnya dipenuhi oleh pipa-pipa gas perusahaan asing. Akan kubantu para buruh
bangunan yang menghabiskan waktunya untuk memanggul alat-alat berat. Dan akan
kutemani para buruh pabrik yang masih saja diancam oleh PHK. Tentu aku akan
mendatangimu anak muda, yang resah dengan kenaikan BBM atau proyek pendidikan
yang kian hari kian mahal. Kurasa aku tidak bisa istirahat jika tinggal di
negerimu. Kalau aku boleh memilih untuk melawan, mungkin sekarang ini aku akan
duduk bersama kalian. Aku akan bilang kalau perjuangan bukan saja melalui
tulisan, puisi, buku, apalagi setajuk proposal! Perjuangan butuh keringat,
pekikan suara, dan dentuman kata-kata. Kita bukan melawan seekor siput tapi
buaya yang akan menerkam jika kita lengah. Hutan rimba mengajariku untuk tidak
mudah percaya pada mulut-mulut manis. Hutan rimba mendidikku untuk tidak
terlalu yakin dengan janji. Aku sudah hapal mana tabiat srigala dan mana watak
kelinci. Kalau kau baca tulisanku, mustinya kau bisa meyakini, kalau kekuasaan
hanya bisa bertahan selama kita mematuhinnya. Kekuasaan bisa bertahan selama
mereka mampu menebar ketakutan. Dan aku sejak dulu dididik untuk selalu sangsi
dan curiga pada penguasa! Kalau aku bisa memilih, mungkin sekarang aku ingin
berjalan dengan kalian. Menonton orang-orang pandai berdebat di muka televisi
atau aktivis yang melacurkan keyakinannya. Ngeri aku menyaksikan orang-orang
pandai yang berbohong dengan ilmunya. Sederet angka dibuat untuk membuat orang
percaya bahwa si miskin makin hari makin berkurang. Menonton aktivis senior
yang kini juga berebut untuk duduk jadi penguasa. Katanya: di dalam kekuasaan
tidak ada suara rakyat maka kita mengisinya. Aku bilang, itulah para pembual
yang yakin jika perubahan bisa muncul karena kita duduk di belakang meja.
Demokrasi acapkali berangkat dari dalil yang naif seperti itu. Aku sayangnya tak
lagi bisa memilih, untuk berdiri dan berbincang dengan kalian semua. Anak muda,
aku telah tuliskan puluhan karya untuk menemanimu. Dibungkus dengan sampul
wajahku, yang tampak belia dan mungkin tampan, aku tuangkan pesan kepada
kalian. Keberanian yang membuat kalian akan tahan dalam situasi apapun! Hutan
melatihku untuk percaya kalau kemapanan, kenikmatan badaniah, apalagi kekayaan
hanya menjadi racun bagi tubuh kita. Kemapanan membuat otakmu makin lama makin
bebal. Kau hanya mampu mengunyah teori untuk disemburkan lagi. Kemapanan
membuat hidupmu seperti seekor ular yang hanya mampu berjalan merayap. Kekayaan
akan membuat tubuhmu seperti sebatang bangkai. Hutan melatihku untuk
menggunakan badanku secara penuh. Kakiku untuk lari kencang bila musuh datang
dan tanganku untuk mengayun pukulan jika aku diserang. Anak muda, nyali sama
harganya dengan nyawa. Jika itu hilang, niscaya tak ada gunanya kau hidup! Keberanian
itu seperti sikap keberimanan. Jika kau peroleh keberanian maka kau memiliki
harga diri. Sikap bermartabat yang membuatmu tidak mudah untuk dibujuk. Hutan
membuatku selalu awas dengan ketenangan, kedamaian, dan cicit suara burung.
Hutan melatihku untuk sensitif pada suara apa saja. Jangan mudah kau terpikat
oleh kedudukan, pengaruh, dan ketenaran. Kedudukan yang tinggi akan membuatmu
seperti manusia yang diatur oleh mesin. Kutinggalkan jabatan menteri karena
hidupku menjadi lebih terbatas dan ruang sosialku dipenuhi oleh manusia budak,
yang bergerak kalau disuruh. Apalagi ketenaran hanya akan mendorongmu untuk
selalu ingin menyenangkan semua orang, membuat lumpuh energi perlawananmu.
Ingat, racun segala perubahan ketika dirimu merasa nyaman. Rasa nyaman yang
kini kusaksikan di sekelilingmu. Anak-anak muda yang puas menjadi pekerja
upahan sambil menyita tanah sesamanya. Ada anak muda yang duduk di parlemen
malah minta tambahan gaji! Anak muda yang lain dengan tenaganya menyumbangkan
diri untuk menjadi preman bagi kekuasaan bandit. Bahkan pendidikan hukum mereka
gunakan untuk membela kaum pengusaha ketimbang orang miskin. Anak-anak muda
yang banyak lagak ini memang tidak bisa dibinasakan. Mereka hidup karena ada
kemiskinan, keculasan kekuasaan, dan lindungan proyek lembaga donor. Aku enggan
untuk berjumpa dengan anak muda yang hanya mengandalkan titel, keperkasaan, dan
kelincahan berdebat. Aku ragu apakah mereka mampu serta sanggup untuk melawan
arus. Arus itulah yang kini menenggelamkan nyali kita semua. Murah sekali harga
seorang aktivis yang dulu lantang melawan, tapi kini duduk empuk jadi penguasa.
Murah sekali harga idealisme seorang ilmuwan yang mau menyajikan data bohong
tentang kemiskinan. Murah sekali harga seorang penyair yang mau rame-rame
mendukung pencabutan subsidi. Aku gusar memandang negerimu, yang tidak lagi
punya ksatria pemberani. Seorang kstaria yang mau hidup dalam kesunyian dan
dengan gagah meneriakkan perlawanan. Tulisan adalah senjata sekaligus bujukan
yang bisa menghanyutkan kesadaran perlawanan. Kau harus berani mempertahankan
nyalimu untuk selalu bertanya pada kemapanan, kelaziman, dan segala bentuk
pidato yang disuarakan oleh para penguasa. Yang kauhadapi sekarang ini adalah
sistem yang kuncinya tidak terletak pada satu orang. Kau berhadapan dengan
dunia pendidikan yang menghasilkan ilmu tentang bagaimana jadi budak yang baik.
Kau kini bergulat dengan teman-temanmu sendiri yang bosan hidup berjuang tanpa
uang. Kau sebal dengan parlemen yang dulu ikut kau pilih, tetapi kini tambah
membuat kebijakan yang menyudutkan rakyat. Kau perlahan-lahan jadi orang yang
hanya mampu melampiaskan kemarahan tanpa mampu untuk merubah. Kau kemudian
percaya kalau pemecahannya adalah melalui mekanisme, partisipasi, dan dukungan
logisistik yang mencukupi. Kau diam-diam tak lagi percaya dengan revolusi. Kau
yakin perubahan bisa berjalan kalau dijalankan dengan berangsur-angsur dan
membuat jaringan. Gerakanmu lama-lama mirip dengan bisnis MLM. Saudaraku yang
baik! Hukum perubahan sosial sejak dulu tidak berubah. Kau perlu dedikasikan
hidupmu untuk kata yang hingga kini seperti mantera: lawan! Lawanlah dirimu
sendiri yang mudah sekali percaya pada teori perubahan sosial yang hanya cocok
untuk didiskusikan ketimbang dikerjakan. Lawanlah pikiranmu yang kini
disibukkan oleh riset dan penelitian yang sepele. Kemiskinan tak usah lagi
dicari penyebabnya tapi cari sistem apa yang harus bertanggung jawab. Ajak pikiranmu
untuk membaca kembali apa yang dulu kukerjakan dan apa yang sekarang dikerjakan
oleh gerakan sosial di berbagai belahan dunia. Gabungkan dirimu bukan dengan
LSM, tapi bersama-sama orang miskin untuk bekerja membuat sistem produksi. Tak
ada yang bermartabat dari seorang anak muda, kecuali dua hal: bekerja untuk
melawan penindasan dan melatih dirinya untuk selalu melawan kemapanan.
Comments
Post a Comment