Fiqh Dakwah


BAB I
PENJELASAN UMUM TENTANG JALAN DA’WAH
Dakwah ikhwanul muslimin merupakan seruan dakwah penerus dakwahRasulullah yang pertama setelah jatuhnya umat Islam di tangan jahiliyah barat. Dakwah ini dengan sungguh-sungguh berusaha menanamkan keimanan di hati umat Islam agar nilai-nilai Islam diamalakn dalam kehidupan. Sesungguhnya tugas terbesar umat Islam adalah memimpin dunia, mengajarkan seluruh manusia untuk berapada pada system Islam dan membimbing kepada cara hisup sesuai aturan Islam. Dan tugas ini bukanlah yugas juz’iyah. Namun tugas ini adalah tugas agung yang meliputi segenap sisi kehidupan demi tercuiptanya kebaikan bagi seluruh makhluk Allah. Karena Islam hadir sebagai rahmat bagi seluruh Alam. Adapun balasan bagi pengemban tugas suci adalah sangat besar. Bukan sekedar kemewahan dan kebahagiaan dunia belaka. Namun JannahNya telah menanti bagi orang-orang yang senantiasa bersama jalan ini.
“dan keridhaan Allah lebih besar, itulah keberuntungan yang besar” (At-taubah:72)
Dalam firman Allah :
“aliif Laam Miim. Adakah manusia menyangka bahwa mereka akan dibiarkan mengatakan kami beriman padahal mereka tidak diuji. Dan sesungguhnya kami telah menguji orang-ornag sebelum mereka. Lantaran itu Allah mengetahui orang-orang yang benar dan orang-orang yang berdusta” (Al-Ankabut 1-3)

Jalan dakwah bukanlah jalan yang ditaburi bunga-bunga harum. Tetapi dakwah adalah jalan yang sukar dan panjang. Sebab antara haq dan bathil ada pertentangan yang nyata. Para da’i akan menemui berbagai rintangan dan gangguan dari mush-musuh Allah yang senantiasa menginginkan kehancuran dakwah Ini. Oleh karenanya dalam dakwah yang diperlukan adalah usaha keras dan Allah tidak menyuruh kita melihat hasil dari usaha kita karena mungkin para da’I tidak dapat melihat hasil usahanya saat ia masih di dunia.

Dalam menghalangi dakwah, musuh-musuh Allah senantiasa melancarkan aksinya yang begitu kejam, berbaai tuduhan dilemparkan kepada para da’i/ah. Meracuni masyarakt dengan anggapan bahwa sesungguhnya dakwah adalah ancaman bagi rakyat dan bangsa yang dapat merusak nasionalisme dan lainnya. Demikian yang dilakukan oleh fir’aun terhadap nabi Musa as. Dan Allah ber firman :

“dan berkatalah Fir’aun terhadap para pembesar-pembesarnya : Biarkanlah aku membunuh Musa dan hendaklah ia memohon kepada tuhannya, karena sesungguhnya aku takut dia menukar agamamu dan membuat kerusakan di bumi.”(Al-mukmin : 26)

Akan tetapi semua yang dilakukan fir’aun tidak melemahkan iman Musa dan pengikutnya. Karena sesungguhnya segalanya adalah kepunyaan Allah dan pertolongan Allah senantiasa bersama orang-orang byang beriman.

Hadirnya Ikhwanul Muslimin dalam arus kebangkitan Umat Islam memiliki perjalanan dakwah dan marhalah yang hampir sama dengan jalan yang dilalui Rasulullah saw. Alangkah banyaknya persamaan antara marhalah-marhalah permulaan dakwah islam di zaman sekarang dengan di zaman Rasulullah. Dengan keberadaan Islam saat ini yang terasing, dan propaganda kafir yang meluas. Para pendukung dakwahpun ditidas, dipenjarakan dan dihancur leburkan. Hal ini sama persis dengan keadaan awal hadirnya Islam dikalangan kafir di Arab. Peristiwa ini member peringatan kepada kaum muslimin bahwa kaum muslimin zaman Rasul senantiasa bersabar hingga pertolongan Allah datang dan kalimatullah berkuasa di muka bumi.

Wasilah dan kebijakan umum dalam dakwah tidak pernah berubah, tidak bertukar dan tidak melampaui ketiga prinssip ini :
1. Iman yang mendalam (Iman Amiq)
2. Pembentukan yang rapi ( Takwin Daqiq)
3. Usaha dan Amal yang berkesinambungan (Amal Mutawasil)

Dengan wasilah inilah amal dan usaha ynag berkesinambungan terus bekerja membentuk individu, rumah tangga dan masyarakat muslim. Dari sini disiapkan dasar dan asa Islamiyah untuk terbentuknya Pemerintahan Islam dan lahirnya Daulah Islamiyah yang merangkumi seluruh dunia dalam naungan Khilafah Islamiyah.
“sehingga tidak ada fitnah (sehingga)agamanya Itu hanya untuk Allah” (Al-baqarah :193)

Wasail iman dan takwin dan usaha haruslah berjalan beriringan satu dengan lainnya. Tidak benar dalam kalau diambil jalan pintas dengan membatasi sebagian wasilah dan mengambil sebagian dan beranggapan itu cukup untuk mencapai tujuan dan dapat menyempurnakan tugas umat Islam. Alangkah Indahnya perkataan Imam syahid Hasan Al-Banna : “hai Ikhwanul Muslimin, terutama yang tengopoh-gopoh dari kamu, dengarkanlah kata-kataku yang tinggi yang berkumandang diatas mimbar ini dalam muktamar kita yang umum ini. Sesungguhnya jalan kita dalah jalan yang digariskan langkahnya, ditentukan batas-batasnya, dan aku tidak menyalahi batas itu dan aku berpuas hati dengannya , kepuasan yang sebenar-benarnya, bahwa itulah jalan yang paling selamat untuk mencapai tujuannya. Mungkin jalan dakwah suatu jalan yang panjang namun tidak ada lagi jalan selain jalan itu. Sifat kelelakian tidak akan lahir kecuali dengan keberanian, ketekunan, kesungguhan dan amal usaha yang bersungguh-sungguh dan terus menerus. Maka siapa saja dari kalangan kamu yang hendak cepat terburu-buru memetik buah sebelum masak atau memetik buang sebelum masanyamaka aku sama sekali tidak bersama dengannya, dan lebih baik baginya meninggalkan dakwah ini, lalu pergi dkwah yang lain. Siapa saja yang bersabar dengan aku hingga berkembang dan membesar benih itu lalu tumbuh pololnya, baik buahnya hingga tiba waktunya untuk dipetik dan diambil, maka ganjarannya terserah kepada Allah semata-mata. Kita tidak boleh lari dari dua kebaikan ini. Apakah menang dan berkuasa atau mati sebagai syahid dan bahagia”.

TAHAPAN DAKWAH DAN BEBERAPA PERMASALAHANNYA
Telah diketahui bahwa tahapan dakwah saat ini memiliki banyak persamaan dengan dakwah dimasa awal Islam. Dan perlu diketahui bahwa kewajiban muslim saat ini berada dalam tahap yang tidak sam dengan saaat Daulah Islamiyah sudah tegak dan kuat. Tahap pembentukan dan pembinaan serta peletakan dasar-dasar jauh lebih sulit dan sukar, memerlukan iman yang mendala, kesabaran dan kerapian, teliti dan cermat, serta usaha yang berkesinambungan dan tidak mengenal lelah.
Setiap dakwah harus melalui tig marhalah yaitu :

1. Penerangan dan penyebaran Ide (ta’rif)
Tahap pengenalan ini sangat mendasar, sebab merupakan langkah awal dari perjalanan dakwah. Setiap kesalahan yang dilakukan dalam tahap ini akan membawa dampak buruk bagi keberlangsungan dakwah kedepannya. Pada masa Rasulullah saw Islam telah disempurnakan perkembangan dan penyampaiannya menrut bentuk yang baik dan benar bersih dari segala bentuk campuran, kekurangan dan penyelewengan. Untuk memastikan umat Islam berada dalam jalan Rasulullah kita harus kembali memahami Islam dengan pemahaman yang benar, mempelajari Qur’an hadits, dan sirah angkatan pertama yang shahih dengan menjauhi segala bentuk penyelewengan atau penyimpangan. Karena sedari dulu musuh-musuh Islam telah berusaha terus menerus memasukkan ajaran sesat ke dalam Islam dengan tujuan untuk menyesatkan umat Islam dan mengosongkan ruh dan semangat Islam dalam diri umat Islam.

Islam adalah agama yang istimewa, universal, lengkap, sempurna dan mencakup seluruh bagian dari persoalan kehidupan. Oleh karenanya dalam penyampaian dakwah dan peringatan, kita harus mengemukakan keuniversalan Islam dengan lengkap, toatal, dan myenyeluruh tanpa memisahkan satu bagian dengan bagian lainnya atau menghapus sebagian darinya, sebab Islam lah agama penutup dari segala agama, agama yang diciptakan oleh sang Khaliq, yang merupakan satu-satunya agama yang dapat member kesejahteraan dan keentraman jiwa manusia. Yang memberikan keamanan baik di dunia maupun di akhirat bagi siapa saja yang yakin dengan keesaan Allah, beriman padaNya dan menjalankan syari’atNya.

Untuk mewujudkan cita-cita dalam memperkenalkan dan mengembangkan dakwah, seorang dai harus memiliki sifat-sifat asasi dan ia harus berpegang pada Uslub atau cara yang baik dan benar dalam melaksanakan dakwahnya.

Seorang da’I harus menjadi contoh, teladan dan model yang baik bagi Islam yang didakwahkannya. Dan salah satu factor yang penting dalam dakwah adalah keikhlsan dan kebulatan tekad seorang da’I semata-mata karena Allah dan dakwah Allah. Seorang muslim yang bergerak di dakwah harus pula memiliki wawasan luas dan mengikuti semua keadaan yang ada saat ini. Karena dengan mengetahui semua itu maka da’I dapat menyampaikan dakwah islamiyah dengan uslub dan cara yang benar, menarik dan menawan hati manusia. Seorang da’I harus memahami bagaiman objek dakwahnya, ia harus tau apa tujuan dakwah ini dan harus senantiasa menekankan aqidah Islam terlebuh dulu sebelum masalah furu’iyah. Dan seorang da’I harus senantiasa berdakwah dengan penuh kesungguhan walau bagaimanapun hasil yang didapatnya. Allah berfirman :
“serulah (manusia) ke jalan Tuhanmu dengan hikmah dan nasihat yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik.” (An-Nahl : 125)

2. Tahap Pembentukan dan Pembinaan
Dalam kenyataannya ternyata tidak banyak orang yang pantas dan dapat memikul amanah dakwah ini. Hanya orang yang memahami, sanggup berkorban demi tegaknya Islam yang mampu mengemban amanah ini.
Tahap pengenalan, akan menjadi sia-sia jika tidak diiringi dengan tahap pembinaan dan pembentukan individu muslim untuk dijadikan para penyeru dakwah. Tahap ini adalah tahap penjagaan terhadap kesadaran ruh akan pentingnya dakwah islam yag telah dibentuk pada tahap ta’rif. Dan medan pertama dari tahap ini adalah dirinya sendiri. Hasan Al-Hudhaibhi berkata:
“Tegakkan Daulah Islamiyah didalam dirimu maka ia akan tegak di atas muka bumimu”
Seorang kader dakwah harus memiliki tingkat pemahaman yang tinggi terhadap agamanya, pemahamana yang orisinil dan lengkap terhadap Qur’an dan sunnah. Ia harus memiliki keikhlasan yang besar untuk menjadi lascar dakwah bukan laskar yang hanya mengejar keuntungan dan tujuan duniawi saja. Imam syahi Ahasan Al-Banna berkata :
“sesungguhnya banyak orang yang mampu berkata namun sedikit dari mereka yang mampu bertahan dalam beramal dan bekerja. Banyak pula dari yang sedikit itu yang mampu bertahan dalam beramal, namun sedikit diantara mereka yang mampu memikul amanah jihad yang berat dan sukar. Para mujahidin inilah merupakan angkatan pilihan yang sedikit jumlahnya, tetapi menjadi pembela dan Ansharullah. Kadang mereka keliru tetapi akhirnya menepati tujuan, jika diberi inayah dan hidayah Allah SWT.

3. Pelaksaan (tanfidz)
Yaitu tahap beramal, bergerak demi dan hingga tercapainya tujuan kita.

PENYELEWENGAN DAKWAH YANG HARUS DIHINDARI

Jalan dakwah adalah jalan yang terang petunjuknya dan lurus tujuannya. Tetapi orang berada diatasnya senantiasa dihadapkan pada penyelewengan yang dapat menjauhkan dia dari perjalanan yang benar. Disinilah diperlukan kesungguhan dalam menjaga dan memelihara kader dakwah dari penyelewengan.

Salah satu penyelewengan yang sangat berbahaya adalah fitnah ilmu. Kadang orang yang berada di jalan dakwah ketika mencari sebab ilmu dan ma’rifat, hingga ia merasa ilmunya sudah cukup banyak dan merasa sudah pantas untuk memberikan fatawa-fatwa. Cara pencegahan dari penyelewengan tersebut adalah dengan cara menuntut ilmu yang berguna tanpa mudah terpedaya dan berlebihan.

Satu lagi sebab penyelewangan yang terjadi ialah lebih mementingkan bentuk lahiriyah daripada isi (inti). Padahal sebelum kita menyuruh orang untuk melaksanakan yang furu’iyah terlebih dulu kita harus melaksanakan yang pokok yaitu aqidah islamiyah. Seorang juru dakwah harus tahu bahwa dakwah islam itu bermula dengan menegakkan iman dan tauhid. Oleh karena itu para da’i tidak boleh menyeleweng dari manhaj dan cara yang bijaksana.

Mungkin banyak da’i yang terhindar dari penyelewengan tersebut. Namun kadang kala da’i keterlaluan dalam membebankan dan menjalankan tugas-tugas dakwah dan ibadah diluar kemampuannya. Akhirnya ia tidak mampu meneruskan perjalanannya. Jalan dakwah itu panjang dan sukar. Jadi para pendukung dakwah yang ingin maju meneruskan dakwah, janganlah membebankan dirinya dengan beban dakwah yang ia tidak mampu memikulnya.

Adakalanya orang yang berjalan dijalan ini terlalu optimis. Walau tidak melihat tanda-tanda keberhasilan, ia tetap bejuang mengorbankan seluruh yang dimilikinya. Namun, karena didorong oleh perasaan semangatnya, mereka terkadang lupa dengan perencanaan rapi. Dan pada akhirnya mereka bukan mencapai cita-cita namun hanya merusak harakah Islamiyah.

Masih ada satu lagi penyelewengan yang dapat menjauhkan kita dari dakwah. Yaitu memandang enteng dan ringan peranan tarbiyah pembentukan dan beriltizam dengan ajaran Islam dalam membentuk dasar dan asas yang teguh. Kemudian tergesa-gesa dan menggunakan cara dan uslub politik hingga kita akan mudah terpedaya dalam merekrut tanpa memikirkan kualitas tanpa mewujudkan iltizam tarbiyah. Dan hal ini merupakan kesalah yang berbahaya dan tidak dapat dipercayai hasilnya.

Juru dakwah adalah manusia yang juga bisa salah dan kadangkala berbeda pendapat. Perbedaan pendapat akan menjadi berbahaya jikalaan kebenara didasari dengan kepentingan pribadi. Lalu ditampilkan dalam suasana amarah dan pembelaan pribadi masing-masing. Oleh karenanya jagalah diri kita dari hal seperti ini. Dan senantiasa meminta pada Allah untuk menempatkan kita dijalan yang lurus.
SEKALI LAGI DI SEKITAR PENYELEWENGAN
“Dan sesungguhnya inilah jalanKu yang lurus, maka ikutilahia dan janganlah kamu mengikuti jalan yang lain, lalu kamu dicerai beraikan dari jalanNya, demikianlah Allah mewasiatkan padamu agar kamu bertaqwa”. (Al-An’am : 153)
.
Benarlah bila dunia ini sudah dipenuhi kontradiksi yang memilukan. Hal ini terkadang menjadika para pendukung dakwah terutama kalangan yang baru dalam latihan yang masih memiliki semangat berjihad justru salah jalan dan menyeleweng. Dalam bekerja untuk dakwah Islam haruslah menyeluruh dan mendalam. Sesungguhnya tugas ini adalah tugas besar dan agung yang harus terealisasikan. Tugas ini adalah tugas yang bersifat ‘alamiyah. Dan perubahan yang harus dicapaikan berupa Daulah Islamiyah dan bukan sekedar perubahan parsial. Oleh karenanya tidak benar jika kita dapat menghancurkan kemungkaran dengan menghancurkan tempat-tempat maksiat. Karena sebenranya itu hanyalah menjadikan da’I jauh dari masyarakat. Rasulullah saw saja tidak semena-mena dengan kontra menghancurkan berhala yang ada di ka’bah namun Rasulullah menunggu umat Islam saat itu menjadi suatu kekuatan hingga akhirnya rasul menghancurkan berhala yang ada di ka’bah. Dan begitupun seharusnya dengan dakwah saat ini. Biarlah kita tunggu nakar dakwah ini kuat dan kita mampu menghancurkan maksiat hingga tercipta daulah Islamiyah. Sebagaimana Allah mengizinkan umat Islam berperang ketika posisi dakwah sudah kuat. Sesungguhnya rahasia kehidupan dakwah islam yang benar ialah dengan 3 anasir yaitu sabar, istiqomah dan menyampaikan dakwah dengan tekun bukan dengan tergesa-gesa untuk cepat memetik hasil.

KAFIR MENGKAFIRKAN DIANTARA UMAT
Sesungguhnya kita adalah da’I dan bukan penghukum. Tugas kita adalah menyeru bukan menghukum. Dakwah islam adalah dakwah yang yang mengajak kearah kebaikan, keselamatan dan kesejahteraan. Tidak ada paksaan untuk memasuki agama ini. Mengkafirkan seseorang padahal dia muslim adalah suatu perbuatan kesalahan yang besar. Karena ia telah menghancurkan kehormatannya yang dijaga oleh Islam. Itu adalah lebih kejam dari membunuhnya. Dan sesungguhnya Allah telah menarik batas pemisah yang jelas antara kufur dan Islam yaitu dua kalimat syahadat. Dan sekali-kali kita tidak boleh berprasangka buruk terhadap syahadat dari seseorang yang telah bersyahadat. Persoalan mengkafirkan ini sangat seriaus karena akan berdampak kepada objek dakwah dimana mereka akan menjauh dari lingkungan Islam dan mungkin menjadi musuh Islam. karenanya untuk mencapai kebaikan Islam dan daulah Islam perlulah kita berjalan dijalan dakwah yang sesuai dengan apa yang Digariskan oleh Rasulullah saw.

RINTANGAN DAKWAH
Jalan dakwah adalah jalan sukar dan panjang. Sudah merupakan sunnatullah orang yang berada dijalannya akan menghadapi berbagai rintangan dalam perjalanan menuju cita-cita mulia dakwah islam. Beberapa rintangan awal yang biasa dihadapi oleh para juru dakwah yaitu:
a. Manusia berpaling dari dakwah
b. Para juru dakwah di olok – olok dan dihina
c. Para juru dakwah mengalami penyiksaan
d. Para juru dakwah terlena dengan kesenangan yang allah berikan padanya setelah kesulitan yang dirasakannnya

Allah berfirman :
“siapa saja yang menghendaki keuntungan akhirat maka akan kami tambah keuntungan itu baginya. Dan siapa yang menghendaki keuntungan dunia maka kami berikan padanya sebagian keuntungan dunia dan tidak ada sedikitpin keuntungan akhirat baginya” (asy-syura : 20)

Siapa yang berusaha mengurai tekanan dan kecenderungan duniawi dan mengangkat dirinya naik keatas berarti ia telah berada di jalan dakwah dan telah berhasil melewati rintangan dengan pertolongan dan taufi dari Allah. Dan sungguh siapa yang menganggap enteng keinginan dunia dan tidak berusaha untuk menghilangkannya sehingga membuatnya lalai dari jihad di jalanNya, maka tunggulah samapai murka Allah datang padanya. Allah berfirman :
“ katakanlah : Jika bapak-bapakmu, anak-anakmu, istri-istrimu kaum keluargamu, harta kekayaan yang kamu usahakan, perniagaan yang kamu khawatirkan kerugiannya dan rumah tempat tinggal yang kamu sukai lebih kamu cintai dari allah dan Rasulnya dan (dari) berjihad di JalanNya, maka tunggulah sampai Allah mendatangkan keputusanNya. Sesungguhnya Allah tidak menyukai ornag yang fasiq” (at-taubah : 24)

Firman Allah menegaskan bahwa rintangan dakwah ternyata bukan hanya kepahitan perjalanan dakwah karena kebencian musush-musuh Islam. Namun kenikmatan yang Allah berikan pada kita juga dapat menjadi rintangan dakwah jika kita terlena bersamanya. Tidak hanya kenikmatan harta, istri dan anak-anak saja yang akhirnya menghalangi kita untuk senantiasa berada dijalan ini. Rintangan lainnya yaitu hadirnya suara yang melemahkan kita untuk berada pada jalan ini seringkali lambat alaun menjadikan kita lala. Dan karena terlalu lama tidak bersentuhan dengan dakwah hati kita menjadi keras dan enggan bergabung kembali bersama barisan dakwah. Oleh karenanya orang sedang berada di Jalan dakwah harus senantiasa waspada terhadap rintangan, kalau tidak dia akan merasa bahwa dia telah dapat mengatasi segala rintangan dan merasa bahwa jalan yang kini dijalaninya bersih dari rintangan atau merasa ketahanan iman nya kuat sehingga ia merasa dapat menjamin dirinya melewati segala rintangan. Stiap muslim harus menyadari bahwa syaitan itu senantiasa menggoda manusia dan menunjukinya ke jalan yangs sesat. Maka senantiasa lah berlindung pada Allah dari tipu daya syitan.

TRIBULASI (MIHNAH) DALAM PERJALANAN DAKWAH DAN BEBERAPA PERSOALAN DI DALAMNYA
“Dan sesungguhnya kami benar-benar akan menguji kamu agar kami mengetahui amana orang-orang yang berjihada dan bersabar diantara kamu dan kami menyatakan (baik buruknya)hal ihwalmu” (Muhammad :31)
Jelas bahwa segala bentuk ujian dan tribulasi yang Allah berikan pada pejuang dakwah adalah semata-mata sunnatullah seperti apa yang telah dirasakan oleh dakwah Rasulullah dan dakwah Rasul-rasul sebelumnya. Sesungguhnya tiap ujian mengandung hikmah, tiap ujian ada untuk membedakan mana orang yang beriman dan mana orang yang berdusta dengan keimanannya. Ujian dan cobaan harus hadir agar keadilan Allah menjadi nyata bagi umatNya dan pembalasan yang setimpal akan diberikan di tiap-tiap golongan. Dan ujian itu bertujuan untuk meningkatkan derajat keimanan juru dakwah agar mampu mengmban amanah dakwah yang lebih besar lagi. Dan patutlah mengkoreksi diri bagi kader yang tidak diuji oleh Allah.

Musuh-musuh Islam tak henti-hentinya akan trus memerangi dakwah ini. Oleh karena itu janganlah sampai kita lemah dan berpaling dari jalan ini karena penyiksaan yang dilakukan mereka. Sungguh itu merupakan suatu penyimpangan.Rasulullah dan sahabatnya pun merasakan hal serupa ketika berjuang menegakkan Islam. dan Rasulullah tidak sedikitpun meminta pada Allah untuk menghancurkan kaum jahiliyah sesegera mungkin dan membebaskan umat islam dari penyiksaan. Penyiksaan dan ujian adalah sunnatullah dimana nabi dan rasul terdahulupun merasakan penyiksaan dalam mengajarkan tauhid. Dan penyiksaan kaum kafir tidak akan berhenti sampai kita menyerah dari jalan dakwah ini. Adakalanya seorang muslim diberi dispensasi ketika ia tidak sanggup lagi menahan siksaan yang teramat kejam. Namun tidak pula dispensasi itu dijadikan alasan bagi kita setiap menerima siksaan. Karena Islam tegak diatas ketetapan yang pasti, bukan dispensasi.

Sesungguhnya bahaya yang berada dibalik tribulasi mengandung hikmah bagi dakwah, juru dakwah, dan umat manusia. Tiap ujian yang menimpa dakwah sebenarnya adalah kekuatan yang mendorong kemajuan dan bukan pukulan yang mematikan. Karenanya, persiapkanlah bangunan yang kokoh untuk menghadapi tribulasi yang terjadi pada dakwah. Bangunan tersebut harus didasari dengan keimanan yang kuat dan dengan aqidah islam yang hadir di seluruh aspek hidupnya.
“Sesungguhnya Allah pasti menolong orang yang menolong agamaNya. Sesungguhnya Allah maha kuat dan maha perkasa.” (Al-Hajj : 40)

TSIQOH TERHADAP JALAN DAKWAH
Bagaimana umat Islam tidak percaya dengan jalan yang dasar konstitusinya dan manhajnya berasal langsung dari kitabullah dan sunnah rasulullah. Jika telah sampai pada waktunya dan Allah menghendakinya, Allah akan membuktikan kepada kam apa yang telah dibuktikan pada salafus shalih seperti pada zaman rasulullah dan sahabatnya. Dan tiap pejuang dakwah yang jujur akan menggapai cita-citanya, kemenangan atau mati syahid. Sesungguhnya harakah Islamiyah telah mengembalikan pemahaman Islam yang benar dan lengkap. Harakah Islamiyah senantiasa teguh berdiri dan berbagai peristiwa telah membuktikannya. Dan Harakah Islamiyah telah menjaga kelestarian dakwah Islam. sesungguhnya harakah islamiyah menolak sikap sikap putus asa. Oleh karenanya yakinlah akan kebenaran jalan dakwah ini dan akan mengantarkan pada Daulah Islamiyah ‘alamiyah.
PERBAIKI DIRIMU DAN SERU ORANG LAIN
Hal yang sangat penting saat ini dalam marhalah dakwah adalah menyeru orang lian untuk bersama di jalan dakwah. Memperbaiki diri adalah suatu yang sangat besar hingga menjadi kewajuban dan asasi bagi muslim dan muslimah. Dengan memperbaiki diri, hal tersebut dapat menunjang tindakan dan usaha realisasi dakwah. Adapun yang kita ketahui bahwa perbaikan diri haruslah dimulai dari aqidah yang benar. Mulai dari ibadah yang benar, dimana yang menyangkut ibadah adalah seluruh aspek kehidupan dan tidak tebatas pada shalat, puasa zakat dan haji. Allah berfirman “Sesungguhnya tidak aku ciptakan jin dan manusia kecuali untuk beribadah kepadaKu”. Aspek selanjutnya dalam yang menjadi dasar dalam memperbaiki diri adalah menjadikan akhlaq yang sesuai dengan nilai Al-qur’an dan Sunnah. Sebab, akhlaq dan moral memiliki kaitan erat dengan aktivitas keseharian individu. Seorang da’I dan kader juga harus dapat menjadi contoh bagi objek dakwah. Dan perbaikan ahlaq harus senantiasa dilakukan demi terciptanya pribadi teladan da’i. Selain ibadah dan akhlaq maka seorang da’I dan kader juga harus memiliki wawasan luas terutama pada 3 aspek : a.Pemahaman Islam yang mengeluruh , b. Pemahaman tentang situasi dan kondisi masyarakat internasional kini. Dan para dai harus memiliki spesialisasi ilmu umum dan memiliki penguasaan luas tentangnya. Seorang da’I juga harus memiliki kesehatan jasmani dimana allah memang lebih menyukai mukmin yang kuat daripada mukmin yang lkemah. Selain itu para da’I dengan berbagai amanah dakwah harus senantiasa dapat menjaga waktunya, disiplin dengan segala urusannya dan mampu bekerja memenuhi kebetuhan hidupnya. Dan untuk mencapai seluruh perbaikan itu, Hasan Al-banna dalam Risalah Ta’alim telah menjelaskan bagaimana Usrah dengan konsep kekeluargaan senantiasa harus dapat menjadi pengontorol diri kita. Dan untuk sampai pada perbaiakan diri, kita harus menjalani wirid tertentu dan memuhasabah diri tiap harinya.
Uslub (cara penyampaian) adalah sebagian dari dakwah itu sendiri. Tingginya mutu, cita-cita dan tujuan dakwah tidaklah cukup jikalau tidak disampaikan dengan benar dan tepat. Bahkan bisa jadi dengan penyampaian yang kurang tepat dapat menjadikan suasana dan dakwah tidak dapat diterima oleh masyarakat. Allah berfirman :
“serulah manusia ke jalan TuhanMu dengan hikmah dan nasihat yang baik, dan berdebatlah dengan mereka dengan cara yang baik” (An-Nahl : 125)
Seorang dai harus dapat mengakatan yang sebenarnya meski pahit namun harus disampaikan dengan cara sebaik mungkin yang mudah diterima dan dicerna oleh orang alin. Seorang da’I juga tidak boleh menggunakan cara terselubung berpura-pura sperti orang munafiq. Karena cara seperti itu tidak sesuai dengan keagungan dan kebenaran dakawah Allah. Seorang da’I dalam penyampaian dakwah harus dapat memadukan antara akal, perasaan dan hati nurani. Dan salah satu cara yang bergua yanhg senantiasa berpengaruh dan berkesan adalah pembicaraan yang mampu memantapkan aqidah.

TIDAK TERGELINCIR DI JALAN DAKWAH
Tuntutan Asasi dakwah dewasa ini adalah mempersiapkan dasar keimanan yang kokoh untuk dibangun bangunan Islam yang agung dan tinggi, dan mampu melindungi yang berada didalmnya dari bencana dan kejahatan kebathilan. Namun ternyata dalam marhalah dan perjalanan dakwah banyak terdapat penyeleweng yang berusaha menyelewengkan para pendukung dakwah ke jalan yang salah dengan persoalan furu’iyah dan persoalan sampingan lainnya. Oleh karenanya perlu diperhatikan beberapa hal berikut supaya tidak terjebak pada penyeleweng-penyeleweng tersebut.
Persoalan kulliyah adalah persoalan pokok dari Islam itu sendiri, yakni mengembaliokan daulah Islamiyah untuk tegak di bumi. Sedangkan persoalan juz’iyah adalah persoalan cabang dari dunia islam yang perlu penyelesaian dan pengobatan. Para musuh Islam sering kali menonjolkan persoalan juz’iyah dengantujuan membuat umat Islam lupa pada permasalahan pokok yang seharusnya kita selesaikan lebih dahulu. Karena dengan terselesaikannya masalah Kulliyah maka masalah Juz’iyah pun akan selesai dengan cepat.
Selain itu persoalan lain yang kadang kala menjadi perhatian lebih bagi kita adalah msalah furu’iyah. Hal ini juga merupakan salah satu interfensi dari syaitan untuk memecah belah umat Islam. Akhirnya lapangan dakwah menjadi arena perdebatan dan polemik yang berputar-putar di lingkaran syaitan. Padahal masih banyak urusan ain yang harus diselesaikan dibanding masalah furu’iyah yang menjadikan kita justru menyeleweng dari dakwah.
Salah satu sebab yang menjadikan manusia berpaling dari dakwah adalah kondisi buruk dari lingkungan masyarakatnya, rendahnya taraf hidup dan keterasingan kehidupan mereka dari islam. Terkadang kondisi ini membuat seseorang menjadi malas menyerukan dakwah. Hal ini jelas salah karena justru seharusnya kita membangunkan mereka dari tidur mereka yang lelap dan panjang dengan memperkenalkan Islam pada mereka.
Penghambat dakwah yang juga berbahaya adalah ketika kita berputus asa terhadap kemenangan dakwah bahkan ragu terhadap jalan ini. Padahal Allah sudah menyuruh kita untuk senantiasa berjihad tanpa memikirkan hasil, karena hasil itu adalah hak Allah dan sesungguhnya jalan ini adalah jalan suci yang merupakan jalan yang pernah dilalui Rasulullah dan tidak pantas diragukan.

MARILAH KITA BERSAUDARA, SALING MENGINGATKAN DAN WASIAT MEWASIATI SERTA TETAP BERTAHAN HINGGA SYAHID
Bersyukurlah pada Allah yang telah menjadikan kita bagian dari jalan ini. Sesungguhnya dakwah ini tidak bisa dilaksanakan dengan amalan fardiya. Namun harus dengan amal jama’i. Oleh karena itu marilah kita mulai dengan membina hubungan bersaudaraan karena Allah untuk tercapainya dakwah Ini. Salinglah kita mengingatkan karena peringatan itu sangat bermanfaat bai orang beriman. Salinglah mewasiatkan dalam kebenaran yang telah menyatukan kita di jalan ini. Saling mewasiati agar bekal dakwah kita bertambah, sungguh sebaik-baik bekal adaah bekal taqwa yang memelihara kita dari ketergelinciran kita dari jalan ini.
Wahai kaum muslimin! Hendaklah kita berada dijalan ini dengan berkesinambuangnsupaya kita tidak tergelincir dari jalan ini. Jangan merasa jemu berjalan dipermukaan bumi dan seitap tempat, kapan saja walaupun sendirian terasing an jauh di muka bumi atau dipenjara. Hendaklah merasakan Allah yang senantiasa didekat kita, karena hanya Dia-lah sebaik-baik penjaga dan sebaik-baik penolong. Hendaklah kita tetap Istiqomah walau dihadapkan pada berbagai rintangan dan gangguan jalan dakwah ini.

BAB II

BENTUK-BENTUK PENYIMPANGAN DAKWAH
a. Penyimpangan Tujuan
Sesungguhnya dakwah ini hanya Allah sebagai tujuannya. Biasanya penyimpangan ini disebabkan karena perasaan Riya’, ghurur, sombong, egis dan gila popularitas. Oleh karenanya sangatlah penting menjaga keikhlasan dalam dakwah. Hingga berbagai hadits dan Qur’an banyak yang membahas tentang pentingnya ikhlas dalam menjalankan dakwah.
b. Penyimpangan dari Sasaran Utama
Bentuk penyimpangan sasaran yang biasa dilakukan adalah :
1. Pembatasan dakwah hanya padahal yang bersifat ibadah fardhu, dzikir, amar ma’ruf nahiy munkar dan tidak pada pemerintahan.
2. Pembatasan Negara. Penyimpangan ini adalah membatasi daulah islamiyah hanya pada negara tertentu saja
3. Perjuangan yang sasarannya hanya pada kekuasaan saja
4. Pemerintahan Islam yang parsial

PERSOALAN JAMA’AH DAN KOMITMEN ILTIZAM
Dakwah ini adalah misi besar yang hanya bisa dijalankan dengan amal jama’i. Oleh karena itu salah jika kita merasa cukup dakwah dengan fardhiyah itu cukup. Dalam berjama’ah pun masih sering timbul masalah yang akhirnya membahayakan jama’ah itu. Mulai dari friksi-friksi dalam jama’ah hingga menimbulkan perselisihan dan yag lebih parah adalah merasa dirinya lebih tinggi dlam jama’ah tersebut dan memutuskan keluar dari jama’ah ketika keinginannya tidak terpenuhi. Hanyalah individu yang kuat yang senantiasa menjaga keikhlasan perjuangannya yang mampu bertahan di jama’ah ini hingga islam menang atau ia menjadi syahid di Jalan ini.

SEKITAR PERSOALAN PEMAHAMAN
Beberapa bentuk penyimpangan pemahaman yang sering kali terjadi ;
1. Mengadopsi pemikiran yang sudah jelas bertentangan dengan Al-Qur’an dan Sunnah
2. Mengebiri Sunnah nabi atau hanya mau berpegang pada Al-Qur’an
3. Memaksa semua Anggota mengikuti suat pendapat dalam masalah furu’
4. Memperbesar masalah juz’iya dan far’iyah dan mengesampingkan masalah kulliyah
Sedangakan berikut ini adalah penyimpangan dalam langkah operasional :
1. Mengikuti Pola Partai Politik
2. Tidak Memperhatikan Faktor Tarbiyah
3. Mengabaikan Unsur Persatuan dan Potensi Jalinan antar Individu
4. Mengabaikan Pemeliharaan Potensi Struktur Jama’ah dan Komitmen Keanggotaan
5. Penyimpangan-penyimpangan yang Berkaitan dengan Masalah Jihad dan Persiapannya
6. Faham Kedaerahan
7. Menerima Prinsip dan Ideologi Sekuler
8. Mendorong Jama’ah untuk didominasi Orang Lain
9. Berpartisipasi dalam Pemerintahan yang tidak Menjalankan Hukum Allah
10. Berkoalisi dengan Musuh dengan Mengorbankan Prinsip dan Tujuan
11. Mengabaikan Prinsip Syura dan Nasihat
12. Mementingkan Formalitas, bukan Esensinya Serta Mengutamakan Perdebatan dan Diskusi daripada Kerja
13. Reaksioner tanpa Perencanaan
14. Mengarh kepada Pertarungan Sampingan dan Persoalan Far’iyah
15. Memisahkan Diri dan Masyarakat

Comments

Post a Comment

Popular posts from this blog

Surat Blog Untuk Guru

Renjana.