Posts

Showing posts from 2013

Life without plan, what will it become.

the past two years, i never really planned my life. i just let it flowed. some people might think it's ridiculous. indeed it was. i felt it the same way. i never really achieved something. life without plan turned out for me as a surprise. i had no idea what will await me ahead. i anticipated it as i saw it. instinctively, without any preps. there were challenging moments indeed, but i might think this kind of life begins to be boring. i've lived it for long enough without any achievements. i need more challenges. and i decided to live a planned life. a life with specific targets and goals. this semester target is to finish the skripsi. i need to get out of this campus and find new challenges. first thins first.  

Buku yang berbuku-buku yang terlipat menjadi lipatan lipatan ingatan.

Kalau sepi begini dan tak ada bahan bacaan rasanya tambah sepi saja duniaku. Jalan di tempat dan tak kemana-mana. Sedih sekali rasanya. Padahal akan jadi asik sekali kalau ada satu atau dua lembar buku yang bisa dibaca. Kemudian jadi ingatan. Seperti sebulan lalu, ada buku yang berhasil bawaku dari Rawamangun yang sumpek ini ke Pontianak sana. Naik sepit, kapal motor cepat menyeberangi Kapuas yang lebar. Atau beberapa hari lalu, Baca komik yang bikin senyum senyum sendiri.

Tentang sekolah yang tak kunjung usai.

Sekolah, membosankan. Tak usai-usai. Bel tak bunyi bunyi. Padahal dari tadi kami menunggunya. Kami ingin lekas pulang. Mampir ke kebun tetangga, mencuri mangga. Kami ingin segera pulang, menjemput bapak ke hutan yang sedang menyadap getah damar. Kami ingin sekali segera pulang, karena sudah kangen sekali dengan masakan ibu, padahal baru tadi pagi kami sarapan nasi jagung urap kelapa. Kami ini anak-anak bandel kata guru guru kami di sekolah. Tak pernah pakai seragam yang lengkap sewaktu upacara. Sebagian dari kami bahkan masih telajang kaki. Terserah bapak ibu guru sajalah mau bilang apa. Kami memang tak punya. Ibu dan bapak guru marah lagi. Kami tak kunjung bisa hitungan perkalian. Atau pembagian. "Kenapa kalian begitu bodoh? Perkalian saja kalian tak bisa?." Orang dewasa memang banyak menuntut. Apa mereka tahu bahwa kami ingin bermain sejenak. Tak cuma 'bersekolah' yang sangat membosankan ini. Ohiya, besok 17 Agustus ya? Dirgahayu Indonesia.

Melihat Indonesia

Melihat Indonesia, melihat diriku. Selama ini betapa sempit hidup ini. Bahwa jarak yang sudah kutempuh belum seberapa dibanding luasnya Indonesia. Masih saja di situ saja. Masih di sini saja. Tak beranjak. Ah, betapa membosankannya. Betapa jemu melihat yang sama setiap hari. setiap berangkat ke kampus. Setiap berangkat ke sekolah untuk mengajar. Setiap pulang ke 'rumah'. Setiap kembali dari mengajar di sekolah. Sempit. Pendek. Jarak tempuh ini. Luas Indonesia bukan hanya Jakarta-Lampung. Bukan hanya Rawamangun-Pinang Ranti. Atau Depok-Rawamangun. Ah, dekat sekali itu.  Kaki ini butuh jarak lebih. Hati dan pikiran ini butuh tempat yang lebih luas. Lalu pertanyaan yang muncul adalah: kapan?  Kapan mau ke Jogjakarta lagi, menjenguk Merapi, mampir ke Sekolah Merapi. Kapan mau ke Lumajang, mengintip matahari terbit dari sela sela Bromo ditimpahi warna jingganya matahari yang diujung cakrawalanya terlihat Semeru yang sudah sejak lama dirindu. Kapan ke Rinjani, ke danau triwarn

Life

They who take life seriously will experience life which is never will be experienced by one who don't. They will meet the upmost consequences. They will taste the hardest challenges. They will get the best result.

Menanggapi fenomena.

Selama ini belum pernah menuliskan apa yang benar-benar pemikiran yang merupakan tanggapan atas fenomena yang terjadi di lingkungan sekitar. Padahal banya sekali yang bisa dibahas. Setelah ini, akan ke arah itulah tulisan-tulisan saya berikutnya.

Making bond.

Ikatan bisa terbentuk dari hal yang tak terduga. Salah satunya dari gigitan tikus. Dengan perbuatan tikus yang menggigit kaki ini, si tikus telah membuat ikatan dengan yang digigit. Entah apa jenis ikatannya.

To the 2nd long life rival: congratulations, you've beaten me in this battle of 'cepet2an lulus" But I'm not gonna lose the war of this life.

Image
Judulnya panjang? Biarin. Tulisan gw ini. yak, gw secara resmi mendeklarasikan kekalahan atas M. Fuad Zulkarnain, S.E yang udah duluan wisuda (udah wisudaan apa cuma sidang sih?) ketimbang gw. Fuad alias Sate alias Tibi alias dll adalah temen sekaligus rival terberat kedua dalam hidup gw setelah gw sendiri. Gw anggap doi rival dari sejak kelas VII semester I Tsanawiyah. Terserah gw ye Ad mau nganggep lo apa. Gausah protes lo. Hahahaha. Doi dapet gelar sarjana ekonomi setelah 4 tahun (apa kurang dr 4 tahun tuh?) di jurusan manajemen di UNPAD ( bukan Universitas Pak Ahmad Dahlan ye) Bandung. Yaudah lah, eta wae. Teu aya deui nu diomongkeun deui (ngasal). Sekali lagi selamat, kasep. Ya kayak judulnya lah. Lo bisa duluan lulusnya. Tapi kita lihat entar, siapa yg punya cucu duluan. (lho? kejauhan) I'M NOT PLANNING ON LOSING FROM YOU! CAMKAN ITUUU...!! *ah, gw jadi makin semangat menyambut PPL yang akan segera datang.

Surat Ernesto Guevara untuk kamu muda

Kalau aku boleh memilih untuk berjuang, mungkin saat ini aku ingin tinggal bersama kalian. Melewati jalanan yang padat lalu lintas, dengan iring-iringan spanduk yang panjang, kalian ketuk nurani para penguasa. Kaum yang berbaju megah, berkendaraan bagus dan punya mobil mengkilap. Kalian pertaruhkan segalanya, kesempatan untuk hidup senang, kemapanan pekerjaan, dan sekolah yang kini kian mahal. Buang segala teori sosial yang ternyata tak bisa membaca kenyataan. Keluar kalian dari training-training yang pada akhirnya tidak membuat kita paham dan mau membela orang miskin. Kupilih tinggal serta berjuang di hutan karena di sana aku kembali mendengar rintih dan suara orang yang hidupnya menderita.  Andaikan aku masih diberi kesempatan untuk kembali ke negerimu pastilah aku enggan untuk duduk di kursi. Akan aku habiskan waktuku untuk mengelilingi kotamu yang padat dengan orang miskin. Akan kusapa setiap anak lapar yang menjinjing bekas botol minuman untuk mendapat uang receh. Akan aku datangi

"Kami lakukan ini karena kami cinta kepada mereka. Orang-orang yang kami perjuangkan. Inilah bukti cinta kami. Untuk mereka semua tanpa terkecuali."

Image
Ketika menemukan foto-foto ini dan melihatnya, saya beberapa kali tertegun. Rasa malu tiba-tiba menyelinap memaksa masuk. Malu dengan kata yang hampir tiap hari diucapkan tapi hanya menguap saja, sekadar kata yang tak punya ruh.  Lihatlah ekspresi muka muka mereka. Hanya ada keseriusan. Totalitas bagi mereka bukan isapan jempol. Inilah yang menhadirkan ruh. Menghadirkan semangat berjuang, keberanian dan berhasil mengusir jauh-jauh pikiran-pikiran pragmatisme, keraguan dan ketakutan. Inilah saat dimana ketika kata "pemuda", "perubahan", "totalitas", "perjuangan", "aksi", "semangat", "idealisme" bukan sekadar pemanis bibir. Kata cinta bagi mereka adalah komitmen. Bukan menjadi pemanis buatan yang bikin batuk-batuk. Pernah suatu kali bertanya pada salah satu wajah yang ada di gambar gambar ini kenapa mereka bisa sampai begitu totalnya berjuang. Beliau menjawab:  "Ka

Learn. Trust. Share. Love.

Image
To learn. To understand. To know. To comprehend. Belajar, mengerti, tahu dan memahami. Demikian tadi adalah kata yang harus menjadi kata penyemangat untuk menadapatkan kemajuan, progress.

Hidup

Menjadi dewasa, menjadi orang yang mau belajar apa saja. Orang yang mau repot-repot merenung untuk selalu mencoba mengambil hikmah dari segala yang ada di sekeliling. Sekali lagi mencoba menegaskan pada diri sendiri, agar tertanam kuat di alam bawah sadar bahwa jika kita ingin hidup yang sebenar-benarnya hidup kita harus sadar bahwa kita harus berjuang semampu kita, dengan segala apa yang kita punya. Melihat ke bawah agar senantiasa bersyukur. Melihat ke atas agar selalu semangat. Jangan sampai takut melangkah ke depan. Karena sekuat apapun kita, kita tak bisa hidup di masa lalu.
Betapa menyebalkannya tak bisa berekspresi menjadi diri sendiri.
Image

Strong

I thought that being strong means you have the strength to make people fear of you because you can fight. Punch, kick slap etc. But, I just re-thought and I found that that's not the only way, even not exactly the way being strong means. Being strong means one can handle oneself of being corrupted. Corrupted by anger, dark passion, evil, or even joy.

Live and Die On This Day

Once more into the fray... Into the last good fight I'll ever know Live and die on this day... Live and die on this day.

Konsistensi dan Inkonsistensi

Ketika kita tidak konsisten terhadap satu hal, ternyata kita, di saat yang sama, sedang konsisten dengan hal yang lain. Contoh mudahnya seperti ini, saat kita fokus dan berusaha untuk konsisten mengerjakan kebaikan, di saat yang sama kita sedang inkonsisten dengan keburukan. Jadi, boleh dibilang, konsistensi ataupun inkonsistensi ini adalah suatu ruang. Dan kita, memiliki kuasa penuh atas isi dari ruang itu. Apakah akan diisi dengan hal yang baik atau malah sebaliknya. Maka, jika seringkali ada pertanyaan: "Mengapa kita inkonsisten dengan kebaikan?", boleh jadi jawabannya adalah karena kita sedang konsisten dengan keburukan. Sadar atau tidak sadar. Dan selayaknya orang sadar, konsisten terhadap kebaikan adalah pilihan mutlak.

Mending na na na na daripada bla bla bla bla..

Sudah lama sekali, sangat lama, sejak terkahir kali bisa tersenyum lega, lepas, puas. Merasakan segala tanpa ada rasa takut untuk dikomentari oleh orang lain. Ah, sudahlah. Ga penting omongan orang lain. Yang penting bahagiaaaaa.... Kebahagian, aku dataaaaaaaaaaaaang....! :)))))))))

Cogito?

Cogito, Ergo Sum, aku berpikir maka aku ada. Itu hanya penafsiran sederahana dari perkataan Descartes, seorang eksistensialis. Ada yang lebih mendasar yang harus kita nyatakan. Atau terlebih dahulu kita pertanyakan.  Apakah Descartes pernah memikirkan secara mendalam sebelum mengeluarkan pernyataan yang terkenal di kalangan penggemar filsafat eksistensialis tersebut? Apakah hanya dengan berfikir saja kita bisa membuktikan eksistensi kita?

Semoga tidak tujuh.

2012 adalah tahun yang cukup tidak produktif untuk menulis. Lihat saja, hanya ada tujuh tulisan yang bisa kuhasilkan selama tahun 2012. Hanya tujuh. Bahkan tak sampai banyaknya bilangan bulan dalam setahun. Artinya, tak ada tulisan baru dalam tiap sebualnnya. Sungguh memalukan mengingat aku adalah orang yang belajar bahasa. Bahasa yang di mana di dalamnya terdapat kata. Kata yang akhirnya membentuk kalimat dan menyusun paragraf. Tapi, tujuh. Hanya tujuh tulisan yang bisa kuhasilkan tahun lalu. Berharap bisa lebih baik di tahun ini. Dan semakin luas tema tulisan. Semakin dalam bahasan dan analisa peristiwanya. Semakin baik penyampaian tulisannya. Semakin jelas pesannya. Semoga. Bismillah.

Ibu

Tahun 2002 Aku masih merekam dengan jelas kejadian beberapa tahun lalu ketika aku masih di sekolah menengah pertama. Aku mendapati ibu di kamar sendiri, menangis, kesakitan. Tidak tahu kenapa. Aku menangis karena tak bisa berbuat apa-apa. Aku kemudian berlari ke kamar meraih mushaf dan membacanya sambil menangis. Berharap ibu tidak apa-apa. Tahun 2008 Pulang dari Bandung, tanggal 14 Juni 2008. Berharap kabar baik dari sekolah tentang kelulusan. Tapi lagi-lagi tangis yang kuberikan pada ibu. aku gagal lulus ujian nasional. Aku sempat tak bisa tidur selama dua hari. Tahun 2011 Hasil semester 5 sudah keluar. IP semester lima terjun bebas menjadi 1.61. IP terkecil sepanjang selama kuliah. Ibu menangis lagi. Aku marah. Tak tahu marah pada siapa. Aku berangkat ke Jakarta lagi dengan masih membawa kemarahan. Pada diri sendiri. Mungkin. Akhir tahun 2012 dan awal tahun 2013 Ketika mengobrol di telepon, ibu menangis lagi. Katanya kangen sekali dengan anak pertamanya ini. Ibu baru s

Fear

"What is your deepest fear?" Marianne Williamson mengawali quote -nya yag terkenal dengan sebuah pertanyaan. Pertanyaan yang sebenarnya ada dalam setiap diri kita, tapi jarang sekali kita tanyakan sehingga kita tak tahu apa yang sebenarnya membuat kita takut. Apa sebenarnya ketakutan terbesar kita? Marianne Williamson menjelaskan lebih lanjut bahwa ketakutan kita sebenarnya bukanlah karena kita tidak mampu, melainkan karena kekuatan atau potensi yang kita miliki melebihi batas dan kita tak bisa menguasainya, mengendalikannya. Ia melanjutkan lagi, juga dengan pertanyaan. "We ask ourselves. Who am I? Who am I to be brilliant, gorgeous, talented, and fabulous? Pertanyaan-pertanyaan ini yang kadang ada di kepala kita. Siapa kita? Bisa apa kita? Apakah saya mampu? Dan pertanyaan semacam ini yang biasanya membuat kita mundur. Mundur hanya untuk sekadar berencana. Mundur untuk melaksanan apa yang sudah direncanakan. Inilah yang sejatinya membatasi gerak kita. Maka Mar