Sabar dan Syukur.

Kemarin selepas shalat dzuhur ada bapak bapak penjual ikat pinggang. Karena sedang butuh ikat pinggang baru, saya hampiri si bapak dan bertanya berapa harga satu ikat pinggangnya. Beliau jawab harganya beda beda, tergantung yang dipilih. Setelah pilih pilih, saya ambil sebuah ikat pinggang. Harganya tiga puluh lima ribu rupiah. Setelah menambah lubang pada ikat pingganya, saya bayar si bapak dengan uang lima puluh ribuan. Kemudian beliau menjabat tangan saya seraya berterima kasih.

Sebenarnya tak ada yang istimewa dari transaksi jual beli itu. Tapi saya menangkap sesuatu yang menarik dari si bapak, ekspresi wajahnya. Dari semenjak saya sapa selepas shalat dzuhur, mukanya sumringah, senyumnya ramah. Yang lebih jelas adalah ketika saya selesai membayar uang untuk ikat pinggang yang saya beli dan ketika beliau menjabat tangan saya, wajahnya lebih sumringah. Saya menerjemahkannya sebagai wajah bersyukur. Iya, wajah penuh syukur. Sumringah, teduh. Tak lupa juga bibir beliau yang berucap hamdalah beberapa kali. 

Butuh dua hari untuk merenungi senyum sukur si bapak. Membayangkan beliau yang juga seorang kepala rumah tangga mungkin dengan beberapa anak, datang jauh jauh dari Garut ke Jakarta berjualan ikat pinggang dan dompet, pastillah cukup berat. Mencoba menerka nerka berapa kira kira penghasilan beliau. Cukupkah? Si bapak memang tak pernah bilang bahwa penghasilannya cukup. Tak juga bilang kekurangan. Tapi setidaknya, dari senyumnya saya bisa menerka, rasa syukurnyalah yang membikin dunia sedikit terasa lapang. Juga dengan sedikit kesabaran. Sabar, ketika mungkin dalam satu hari dagangan yang terjual tak terlalu banyak. Tapi tetap bersyukur karena masih ada yang membeli, atau dengan nada yang sedikit lebih positif, ada yang membutuhkan barang dagangannya. 

Dari senyum si bapak saya belajar untuk lebih bersyukur. Juga tentang kesabaran. Hidup insyaAllah jadi lebih lapang, nafas terasa lebih lega, wajah tetap cerah. InsyaAllah berkah. 

Sabar dan syukur. Alhamdulillah 'ala kulli hal. 

Comments

Popular posts from this blog

Fiqh Dakwah

Surat Blog Untuk Guru

Renjana.