Orang tua, barang bawaan dan perasaan terhubung.

Seringkali saya sebal jika Ibu membawakan bermacam barang bawaan dari mulai kopi, beras, makanan bahkan ikan asin dan sambal kacang ketika saya mudik balik. Repot sekali bawanya. Sering saya sampaikan ke Ibu untuk tak perlu repot-repot menyiapkan segala hal ketika saya mau berangkat ke Jakarta. Saya sudah besar dan bisa cari sendiri di sana.

Tapi selalu raut muka Ibu berubah ketika saya bilang begitu. Ada sedikit kesedihan di sana. Ibu pasti sudah tahu anaknya sudah bisa cari uang sendiri, bisa mengurus dirinya sendiri, tapi tetap saja Ibu bersikeras untuk memberi barang-barang yang ada di rumah. Setelah sekian lama baru saya sadar. Ibu bukan mau memanjakan atau sengaja bikin repot anaknya. Ibu hanya ingin terus terhubung dengan anaknya walaupun anaknya jauh darinya. Dari barang-barang bawaan tadi, Ibu mencoba menghadirkan dirinya. Agar setiap kali anaknya makan ikan asin dan sambal kacang buatannya, dia akan teringat Ibunya. Agar anaknya ingat, bahwa Ibunya selalu mendoakan yang terbaik untuk anaknya. Bahwa ia sayang sekali dengannya. Bahwa ia selalu menjadi anak laki-laki kecil nan imut baginya.

Apalagi Ibu sudah semakin sepuh dan rumah sudah mulai sepi karena anak-anaknya yang lain pun sudah mulai merantau.

Ibu, terima kasih untuk ikan asin dan sambal kacangnya.
Makan isan asin dan sambal kacang tak pernah seharu ini.
:')

Comments

Post a Comment

Popular posts from this blog

Fiqh Dakwah

Surat Blog Untuk Guru

Renjana.