"Terliterasi" - Memperingati International Literacy Day

"Terliterasi memiliki makna bahwa kita sudah menjadikan aktivitas membaca, menulis dan berdiskusi budaya kita sehari-hari, bukan hanya sekadar bisa mengeja tulisan. (Yusuf Fauzi Akhsani, 2012)"

Beberapa bulan yang lalu ketika selesai perkuliahan saya berdiskusi dengan salah seorang kawan di jurusan. Dia adalah teman satu angkatan di Jurusan Bahasa dan Sastra Inggris. Hamzah Muhammad Al-Ghozi namanya. Dia baru saja terpilih menjadi Ketua Umum Lembaga Kajian Mahasiswa Universitas Negeri Jakarta yang baru. Lembaga Kajian Mahasiswa atau biasa disebut LKM UNJ ini merupakan lembaga penalaran kritis yang ada di UNJ. Salah satu tujuannya adalah pembentukan budaya baca, tulis, diskusi di kalangan mahasiswa. Bisa dibilang LKM merupakan salah satu garda pembentuk budaya literasi kampus di kalangan mahasiswa. 


Nah, pada diskusi ini saya dan Ghozi - panggilan akrabnya - ternyata memiliki kegudahan yang sama. Ketika kami juga sama-sama merasakan ada yang kurang dari mahasiswa UNJ, di mulai dari jurusan kami sendiri, English Department atau ED. Kawan-kawan kami di jurusan ternyata masih banyak yang belum sadar tentang pentingnya budaya literasi. Bukan berarti kawan kami malas membaca, bukan sama sekali. Mereka adalah orang-orang yang tahan berlama di depan layar monitor ketika mengerjakan tugas dari dosen, bahkan sampai pagi. Berarti bisa disimpulkan bahwa mereka juga banyak membaca. Tapi itu karena tuntutan tugas dari dosen. Pertanyaannya adalah, apakah mereka juga membaca di luar apa yang ditugaskan oleh dosen? Di sinilah yang menjadi titik tekan diskusi kami sore itu. Sudahkah mahasiswa ED terliterasi? Padahal seharusnya kegiatan seperti extensive reading, focus group discussion dan kepenulisan menjadi kawan akrab mahasiswa. Dari jurusan dan disiplin ilmu apapun baik itu yang bersifat eksakta apalagi yang humaniora seperti English Department ini. 


Karena jika kita saja sebagai mahasiswa 'alergi' terhadap yang namanya baca, tulis dan diskusi apa yang akan terjadi pada bangsa ini? Karena memang kita pemuda, khususnya mahasiswa yang  bakal menggantikan golongan tua kelak. Nah, baca, tulis dan diskusi ini adalah bekalnya.


Saya tunjukan beberapa angka statistik tingkat literasi negara ini di banding beberapa negara lain.


Di Indonesia, rasio minat baca masyarakat mengonsumsi surat kabar adalah 1:45. Artinya satu surat kabar dibaca oleh 45 orang. Padahal idealnya adalah 1:10. Jauh tertinggal dengan rasio Negara tetangga ASEAN lainnya. International Education Achievment (IEA) memberi penilaian minor, yaitu peringkat 38 dari 39 negara peserta. Di level SMA pun tidak kalah miris. Jumlah buku bacaan wajib di Indonesia adalah 0 buku. Thailand 5 buku, Singapura 6 buku, Brunei Darussalam 7 buku, Jepang 22 buku, Rusia 12 buku, Perancis 30 buku, Belanda 30 buku dan Amerika Serikat 32 buku. (Sumber:http://kelembagaan.pnri.go.id/beranda/berita/index.php?box=dtl&id=1095&from_box=lst&hlm=3&search_region=&search_lingkup=&search_activation=&search_keyword=#ixzz25t223Hhr)
Data di atas menunjukan betapa masih kurangnya minat baca bangsa ini. Tentunya kita tidak mau hal ini berlarut-larut jika kita masih ingin bersain dengan Negara lain. Anies Baswedan pernah berujar, “We better light more and more cadles than cursing the darkness”. Maksudnya daripada hanya merutuki masalah yang ada, lebih baik bergerak dan memulai untuk menemukan solusinya.
Salah satu solusi untuk menjadikan kita terliterasi adalah dengan program “Lend A Book” yang digagas oleh Yunus Kuntawi Aji, seorang mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia yang juga sangat popular di salah satu jagad social media, tumblr. “Lend A Book” adalah program optimasi manfaat buku yang kita memiliki dengan cara meminjamkannya kepada kawan kita yang belum pernah membaca buku yang kita miliki. “Dari pada nganggu di rak buku, mending kita pinjamkan ke teman kita yang butuh”, ujarnya di situs tumblr-nya.

Orang-orang sudah memulai untuk meliterasi dan terliterasi. Akankah kita masih menunggu dan tenang-tenang saja hingga sampai akhirnya kita tersadar bahwa kita sudah tertinggal terlalu jauh? Atau kita mulai mencoba untuk menjadi pribadi yang lebih baik dengan bergerak untuk mulai mengakrabi buku-buku, mendatangi forum-forum diskusi dan menuliskan apa yang ada di kepala kita? It's all your choice and you'll live the consequences of your choices for the rest of your life!

Hari ini, tanggal 8 September 2012 adalah International Literacy Day. Ini merupakan momen yang sangat baik untuk berubah. Berubah menjadi pribadi yang lebih baik, menjadi bangsa yang kembali ke jalur persaingan dunia, menjadi pribadi dan bangsa yang terliterasi. Mari memulai!

Comments

Popular posts from this blog

Fiqh Dakwah

Surat Blog Untuk Guru

Renjana.